 MEDAN –  Kejadian aneh berbau mistis dialami Tuti Lisnawati. Perut perempuan  berumur 31 tahun itu penuh dengan benda- benda aneh, seperti pisau,  silet, jarum, permen karet, paku juga kawat.
MEDAN –  Kejadian aneh berbau mistis dialami Tuti Lisnawati. Perut perempuan  berumur 31 tahun itu penuh dengan benda- benda aneh, seperti pisau,  silet, jarum, permen karet, paku juga kawat. 
Dia pun menjadi buah bibir di tempat tinggalnya di Desa Tanjung Tiram,  Padang Bolak, Kabupaten Padang Lawas Utara (Paluta). Benda-benda itu  dikeluarkan dari perutnya melalui operasi yang dilakukan di rumah sakit  di Paluta beberapa waktu lalu.
 
Kemarin dia dibawa ke Rumah Sakit Umum (RSU) Dr Pirngadi, Medan,  Sumatera Utara, untuk menjalani operasi di Poly Obgyn. Operasi ini guna  mengeluarkan corps alenum alias benda asing dari perutnya. Dari hasil  operasi, terdapat dua buah sekrup berukuran dua centimeter dari rahim  (peranakan) istri Marasamin Harahap (38) itu.
“Kita temukan dua buah sekrup di rahimnya. Kita sudah keluarkan, dan  untuk saat ini tidak ada benda lain di rahimnya,” ujar Sanusi Pilliang,  yang menangani operasi Tuti kepada wartawan, Kamis (17/6/2010).
Setelah menjalani operasi kecil untuk mengeluarkan sekrup dari rahimnya,  dokter memberinya obat antibiotik, antisakit, antitetanus, dan  antipendarahan. Kasubag Hukum dan Humas RSU dr Pirngadi Edison  Paranginangin, menambahkan, sebelum operasi, Tuti terlebih dahulu  menjalani Ultra Sonografi (USG) untuk melihat benda asing di dalam  tubuhnya.
Selesai operasi, Tuti dibawa ke ruang konsultasi psikologi. “Setelah ini  dia akan dibawa lagi ke instalasi gawat darurat (IGD) untuk melihat  kondisinya,” ujarnya. Setelah menjalani operasi kecil di Poly Obgyn,  Tuti menjalani konseling Psyco Therapi di Biro Psikologi RSU dr Pirngadi  Medan. Andy Chandra, konsultan klinis Biro Psikologi rumah sakit ini  mengatakan, Tuti didiagnosa menderita cemas dan stres.
Untuk menghilangkan kecemasan dan stres yang dialaminya, psikolog  memberinya tiga terapi, yakni terapi Emosional Freedom Teknik (EFT),  terapi bunga, dan terapi religi (terapi agama).
“Terapi yang kita berikan untuk mengurangi stres dan takut berlebihan  yang berkaitan dengan emosi agar dia merasa lebih nyaman. Kalau terapi  bunga untuk sugesti agar dia bersih dan tidak berpikir macam-macam,  karena berkaitan dengan mistik,” ujarnya. Terapi yang diberikan harus  dijalani Tuti selama seminggu.
Setelah itu disuruh datang lagi untuk melihat hasilnya. Untuk memulihkan  kondisinya, Tuti tidak diperbolehkan kembali ke rumahnya agar tidak  depresi. Sejak menderita sakit ini tiga bulan lalu, Tuti tidak semangat,  malas makan, dan sulit tidur. Andy mengatakan, kasus seperti ini sangat  jarang dijumpai.
Saat ini Tuti mengalami stres tinggi atau depresi ringan. Hal ini dapat  berpotensi menjadi depresi tinggi, bahkan lebih ekstrem lagi menjadi  kegilaan, bila pasien tidak segera ditangani.
 

 
 
          
      
 
  
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Silahkan tinggalkan pesan anda untuk artikel ini tapi JANGAN coba-coba mengirimkan SPAM. Dan jangan lupa untuk mengklik iklan yang ada di blog ini agar blog ini terus berkembang menjadi lebih baik dan berkualitas...1 iklan yang anda klik akan sangat bermakna bagi kami...